Resume Agar Bidadari Cemburu Padamu
Allah Sayang Padaku
Ustadz Salim A Fillah
"Kita bukan perwujudan dari omongan orang, kita adalah diri kita sendiri, makhluk Allah yang diberikan amanah kehidupan."
Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa diantara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya." (HR. Tirmidzi no. 2346)
Orang yang dicintai Allah adalah orang yang tidak khawatir akan masa depan, dan tidak sedih atas masa lalu. Maka saat kita berbicara mengenai perempuan, Rasulullah memberikan perempuan-perempuan panutan yang bisa dicontoh.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam bersabda, "Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam ninti Imran, Fatimah binti Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid dan Asiyah." (HR. Hakim dan Muslim)
Asiyah binti Muzahim
Asiyah adalah sosok perempuan panutan, namun Allah menjodohkannya dengan lelaki yang luar biasa jauh dari Allah. Ia tidak pernah menghiraukan kehidupannya dimasa depan, bahkan saat di siksa oleh suaminya sendiri, ia berdoa agat Allah memberikannya rumah di surga.
Maryam binti Imran
Ia adalah wanita yang senantiasa menjaga kesuciannya, namun Allah mendatangkan kehamilan kepadanya. Fitnah besar datang padanya, namun beliau tetap menerima apapun takdir yang Allah beri kepadanya tanpa khawatir atas apa yang terjadi padanya karena takut rakyatnya melakukan hal yang tak seharusnya. Namun Allah membantunya, sehingga ia bisa bangkit dan bangga atas apa yang pernah menimpanya.
Dari kisah diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa kemuliaan seorang perempuan itu:
- Tidak bergantung kepada siapa suaminya
- Tidak bergantung kepada omongan orang sekitanya
- Tidak bergantung berapa pendapat/penghasilannya.
Sesungguhnya kita (para) perempuan adalah sosok yang sangat mulia yang diberikan oleh Allah sejak awal penciptaan dengan penuh keagungan. Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk kiri, dekat ke hati untuk dicintai dekat dengan tangan untuk dilindungi.
"Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At. Tin: 4)
Tentang Fisik
Sesungguhnya pandangan manusia itu sangat relatif jangan pernah insecure terhadap pandangan orang lain terhadap kita.
Ingatlah ada proses yang harus dijalani, dan ada perjalanan yang harus diikuti oleh kita sebelum Allah memberikan kita sesuatu.
Janganlah insecure dengan fisik, karena penampilan itu relatif, orang melihat kecantikan itu sangat relatif. Bisa jadi seseorang dikatakan cantik menurut satu orang, namun belum tentu menurut orang yang lainnya.
Apabila terkait dengan fisik, maka janganlah insecure. Justru insecure lah jika akhlaknya yang tidak cantik dan buruk.
Tentang Finansial
Rezeki orang yang berpenghasilan besar, namun penuh keterbatasan (tidak bisa menikmati makanan, misalnya karena faktor kesehatan) maka penghasilan itu bukanlah rezeqi baginya.
Maka dari itu rezeqi tidak bisa di ukur dari jumlah. Tidak bisa diukur dari deposito tabungan yang dimiliki. Sesuatu yang bisa dinikmati, yang jika kita bersyukur atasnya maka Allah akan tambahkan nikmatnya, bukan sekedat Allah tambahkan jumlahnya. Bisa jadi Allah tambahkan nikmatnya.
Rezeki itu hak pakai bukan hak milik
Para ulama selalu bertafakur atas segala sesuatu, misalnya saja saat mereka hendak makan dan dihadapannya ada roti, minyak dan garam. Kemudian mereka mengatakan roti gandum dari kebun gandum di negeri yaman, garam dari tambang garam di pedalaman Marq (asia tengah) dan minyak dari Baitulmaqdis, begitu seluruh dunia berkumpul didalam piringku, betapa kayanya aku.
Tentang prestasi dan karir
"Dan carilah pahala akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi." (QS. Qassas : 77)
Sesungguhnya target kita saat ini bukanlah untuk menjadi lebih baik dari pada orang lain. Target kita adalah menjadi lebih baik dari pada hari kita kemarin.
Seseorang itu diberikan potensi berbeda-beda, diberikan ujian yang berbeda-beda, maka prestasi yang mereka dapat juga pasti berbeda-beda, jangan disamaratakan semua.
Ada orang yang dianugrahi Allah orang tua yang kaya raya sejak kecil, berbeda dengan orang yang harus bertahan hidup terlebih dahulu, kemudian berusaha untuk mencapai kemapanannya sendiri. Allah akan meminta pertanggungjawaban keduanya, namun tidaklah sama. Allah itu perhitungannya sangat detail dan personal.
Jika prestasi akhirat saja begitu, maka apalagi dengan prestasi di dunia, jangan terlalu dipikirkan, mungkin saja prestasi kita tidak mencapai financial freedom, jabatan karir yang tertinggi, atau mendapat uang yang melimpah, namun disisi lain Allah mungkin saja menyimpan sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain dalam diri kita.
Jadilah orang dengan keunggulan kompetitif bukan komparatif. Mungkin saja seseorang memiliki kapal pesiar, mobil mewah namun orang tuanya ada di panti jompo. Disisi lain ada seseorang yang menemani ibunya berbelanja kepasar..
Jangan selalu membandingkan diri kita dari segi ukuran jumlah harta, namun bandingkanlah diri kita saat ini dengan hari kemarin. Apakah menjadi lebih baik atau tidak?
Hidup itu "sawang-sinawang", cukuplah saling melihat antara dirikita dengan orang lain. Seringkali kita melihat kehidupan orang lain bagitu enak dan nyaman, begitu pula saat orang lain melihat kehidupan yang kita jalani, seperti tidak ada masalah dan penuh dengan kebahagiaan, namun kita semua lupa bahwa kita tidak pernah mengalami kehidupan orang lain, dan tidak pula sanggup melewati ujiannya. Setiap orang akan mempertanggung jawabkan kisah kehidupannya masing-masing.
Inilah hidup kita, anugrah Allah yang luar biasa.
Komentar
Posting Komentar